KONTEMPLASI
1. Arti : kontemplasi : renungan dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh. Berkontemplasi : merenung dan berpikir dengan sepenuh perhatian. Kontemplatif: bersifat membangkitkan renungan; bersifat membangkitkan kontemplasi.
2. Titik pangkal kontemplasi adalah : peristiwa, sebagaimana disajikan dalam Injil. Teks Injil menentukan batas dan lingkup gerak kontemplasi. Tanpa teks sebagai pegangan, kontemplasi mudah dipermainkan oleh fantasi.
3. Aktivitas terpenting dalam kontemplasi adalah memandang, memandang lama & seksama (mengamati) dengan mengindahkan detil-detil dari obyek yang menjadi sasaran, memandang dengan mata hati:
Ø pertama : diperhatikan detil-detil sampingan, yang tidak merupakan inti peristiwa tetapi ikut menciptakan suasana, seperti misalnya tempat di mana peristiwa terjadi, warna-warna yang ikut mempertajam suasana, gerak-gerik yang menggambarkan suasana tersebut.
Ø Kemudian orang-orang yang memegang peranan dalam peristiwa itu. Diperhatikan sikap badan, cara berbicara dan nada suara, gerak-gerik dan perbuatannya dst.
Ø Akhirnya fokus pengamatan diarahkan kepada Yesus: sikap badan, gerak-gerik dan ekspresi wajah yang mengungkapkan emosi, reaksi-reaksi terhadap situasi momentil. Yesus adalah inti dari kontemplasi.
4. Sikap hati yang diperlukan dalam kontemplasi, bisa digambarkan sebagai berikut:
Ø Relax, baik lahir maupun batin, maka sabar. Ambil waktu untuk membaca teks, ambil waktu juga untuk mengamati detil-detil obyek. Suasana tergesa-gesa membuyarkan kontemplasi. Seperti orches symphony, kontemplasi membutuhkan waktu. Sikap orang menikmati waktu adalah relax.
Ø Terbuka, baik mata maupun hati. Terbuka di sini berarti netral, tanpa tafsir yang sudah siap dalam pikiran waktu membaca teks; tidak dengan sengaja mencari makna atau ajaran moral dari peristiwa yang dikontemplasikan. Terbuka terhadap misteri. Dalam kontemplasi yang penting bukanlah peristiwa melainkan misteri kehadiran Kristus sekarang ini bagiku. Dalam misteri ini orang bertemu dengan Kristus, secara sungguhan, hingga dirinya diresapi oleh semangat-Nya dan diubah sehingga semakin menyerupai Dia.
5. Buah kontemplasi adalah mengenal Kristus secara mesra, supaya Dia semakin hidup dalam diri saya: mengubah cara berpikir dan cara bersikap saya dalam menghadapi segala sesuatu, memurnukan motivasi tindakan-tindakan saya, hingga bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Gal 2:20)
6. Bahaya kontemplasi (yang bisa mengganggu dan menggagalkan kontemplasi) :
Ø sibuk mencari makna, arti & tafasir dengan rasio/akal sehat/eksegese dari peristiwa yang sedang dikontemplasikan.
Ø Mencari ajaran moral dari peristiwa yang sedang dikontemplasikan dan bertanya dari pengalaman bagaimana bisa menerapkan secara konkret dalam kehidupan saya. Dengan cara ini fokus epengamatan diarahkan pada diri sendiri. Ajaran moral tidak salah, tetapi serahkanlah pada inspirasi Roh Kudus.
Ø Tenggelam dalam fantasi, yang melangkahi pembatasan dari teks Injil. Dengan cara ini kontemplasi bisa sangat menarik tetapi ada bahaya besar: sesat.
Ø Main sandiwara. Dalam proses kontemplasi orang bisa/boleh mengidentifikasikan diri dengan situasi (angin, malam gelap, suasana tegang) atau dengan orang (Lazarus, Martha, dll). Dalam proses identifikasi ini saya tak berpura-pura menjadi angin atau Lazarus, melainkan masuk ke dalam perasaan, pikiran atau harapan mereka. Mereka yang menentukan isi dan arti peristiwa itu, bukan saya. Identifikasi bukan subyektif melainkan obyektif.
7. Belajar berkontemplasi paling baik dengan melakukan kontemplasi berkali-kali dan setiap kali merefkesikannya. Refleksi di sini bukan berarti self analisa, bukan pemeriksaan gagasan yang timbul dalam kontemplasi, melainkan berarti memperhatikan gerakan hati, yang berupa konsolasi (penghiburan)/desolasi selama berkontemplasi.
0 komentar:
Posting Komentar