Ads 468x60px

.

Pages

Subscribe:

Labels

Senin, 13 Juni 2011

HIDUP RELIGIUS


1.     PILIHAN HIDUP ADALAH SEBUAH PANGGILAN

Pilihan hidup bukanlah sekedar masalah karier atau pelerjaan, melainkan masalah panggilan. Di kalangan  Gereja Katolik ada 3 pilihan cara hidup:
(1)   Hidup berkeluarga
(2)   Hidup selibat (membiara atau bentuk lainnya)
(3)   Hidup sebagai rohaniwan

Hidup berkeluarga dijalani melalui penerimaan Sakramen Perkawinan, sedangkan hidup selibat (khususnya) hidup membiara dijalani dengan memenuhi panggilan untuk mengikuti Kristus dan ketiha nasihat injili secara total dan menyeluruh. Hidup membiara merupakan suatu corak hidup yang di dalamnya orang hendak bersatu dengan dan mengikuti Kristus secara tuntas melalui :
(1)   hidup perawan (dengan mengikrarkan kaul kemurnian)
Dalam hal ini orang membaktikan diri secara total dan menyeluruh kepada Kristus.
(2)   hidup miskin (melalui kaul kemiskinan)
Dalam hal ini orang berjanji untuk hidup secara secara sederhana dan rela menyumbangkan apa saja demi kerasulan, serta bersikap LEPAS – BEBAS terhadap barang-barang duniawi.
(3)   hidup taat (melalui kaul ketaatan)
Dalam hal ini orang berjanji akan patuh kepada pimpinannya dan rela membaktikan diri kepada hidup dan kerasulan bersama.

Kaul-kaul tersebut bukan inti hidup membiara, sebab Inti hidup membiara adalah persatuan erat dengan Kristus melalui menyerahkan diri secara total dan menyeluruh kepada-Nya. Hal itu diusahakan untuk dijalani melalui ketiga kaul tersebut.
Hidup membiara dan hidup selibat lainnya adalah panggilan dari Tuhan, merupakan rahmat, pemberian cuma-cuma dari Tuhan bagi orang-orang yang dipilih-Nya.

2.     ARTI & MAKNA HIDUP MEMBIARA

Hidup membiara merupakan ungkapan hidup manusia, yang menyadari bahwa hidupnya berada di tangan Tuhan. Agar hidupnya dapat diungkapkan secara padat & menyeluruh, orang melepaskan diri dari segala urusan hidup berkeluarga.
Hidup membiara menuntut suatu penyerahan diri secara mutlak dan menyeluruh. Cara hidup ini sangat memungkinkan manusia untuk mengembangkan diri dan pribadinya. Hidup membiara mempunyai amanatnya sendiri, yakni : menunjukkan dimensi hadirat Allah dalam hidup manusia.

3.     INTI HIDUP MEMBIARA

Inti kehidupan membiara adalah persatuan atau keakraban dengan Kristus. Ia hendaknya selalu bersatu dengan Kristus dan menerima pola hidup Kristus secara radikal bagi dirinya. Memilih & mengikuti panggilan hidup membiara berarti secara bebas dan sadar memilih panggilan hidup “mengarahkan diri dan menjadi seripa dengan  Kristus” (Bdk. LG. 42 dan 44). Untuk menyerupai dan bersatu dengan Kristus orang harus sering berkomunikasi dan bertemu dengan Kristus. Pertemuan dan komunikasi efektif dengan Kristus dalam doa merupakan kekuatan inti dari hidup membiara.
Persatuan erat dengan Kristus merupakan inti dan tujuan hidup membiara. Tanpa persatuan dengan Kristus, hidup membiara akan rapuh karena tidak memiliki dasar. Seorang biarawan/biarawati hendaknya terus menerus mengusahakan persatuan erat dengan Kristus dan menerima pola hidup Kristus secara radikal (sampai ke akar-akarnya) bagi dirinya.
Inti hidup Kristus didasarkan pada cinta Allah sendiri. Demi cinta-Nya kepada manusia,Allah mengutus Putera-Nya ke dunia untuk mewartakan, menjadi saksi, dan melaksanakan karya keselamatan-Nya bagi manusia. Yesus menjalankan tugas perutusan-Nya secara sempurna & radikal dengan:
(1)   menyerahkan diri secara total kepada Bapa-Nya,
(2)   memiliki dan menggunakan harta benda hanya sejauh diperlukan untuk melaksanakan karya-Nya,
(3)   dan taat kepada Bapa-Nya sampai wafat di kayu salib.
Pola hidup semacam itulah yang hendaknya dihayati oleh seorang biarawan dalam hidupnya, sebagai tanda persatuan dengan Kristus.

4.     ARTI & MAKNA KAUL – KAUL
(1)   Kaul Kemiskinan

Memiliki harta benda adalah hak setiap orang. Namun, dengan mengucapkan kaul kemiskinan, orang melepaskan hak untuk memiliki harta benda tersebut. Ia hendak menjadi seperti Kristus: bersikap LEPAS – BEBAS terhadap ‘harta benda’ (tidak lekat tak teratur terhadap barang-barang duniawi, a.l. : kekayaan, keluarga, saudara, teman, etc.) Ia hanya mengikatkan diri pada panggilan dan missi-Nya.
Untuk dapat menghayati kaul kemiskinan, diperlukan sikap batin la rela menjadi miskin seperti yang dituntut Kristus terhadap murid-murid-Nya (Lht. Luk 10:1-12; Mat 10:5-15). Kaul kemiskinan bukan hanya diungkapkan, tetapi juga dihayati secara nyata dalam hidup sehari-hari. Ada 2 aspek dalam kaul kemiskinan:
(1.1)       Aspek Asketis : gaya hidup yang sederhana
(1.2)       Aspek Apostolis : rela menyerahkan seluruh dirinya demi karya kerasulan yang diembannya.

(2)  Kaul Ketaatan

Kemerdekaan atau kebebasan adalah milik manusia yang sangat berharga. Namun, mengucapkan kaul ketaatan berarti ia telah memutuskan untuk taat seperti dan kepada Kristus (lht. Yoh 14:23-24; Flp 2:7-8), melepaskan kemerdekaannya, dan taat kepada pimpinannya yang merupakan manifestasi pribadi Kristus (meletakkan kehendaknya di bawah kehendak pembesar), demi Kerajaan Allah.
Ketaatan religius adalah ketaatan yang diarahkan kepada kehendak Allah. Sehingga ketaatan kepada pembesar harus merupakan konkretisasi ketaatannya kepada Allah.
Kaul ketaatan juga mempunyai 2 aspek:
(2.1)       Aspek Asketis : ketaatan religius dimengerti sebagai kepatuhan kepada pembesar, terutama guru rohani.
(2.2)       Aspek Apostolik : ketaatan religius berarti kerelaan untuk membaktikan diri kepada hidup kerasulan bersama.

(3)  Kaul Keperawanan
Hidup berkeluarga adalah hak setiap orang. Dengan mengucapkan dan menghayati kaul keperawanan, ia melepaskan hak-haknya untuk hidup berkeluarga demi Kerajaan Allah. Melalui hidup selibat ia mengungkapkan kesediaan untuk mengikuti dan meneladani Kristus sepenuhnya, dan membaktikan dirinya secara total demi terlaksananya Kerajaan Allah. Inti kaul keperawanan bukanlahtidak kawin”, melainkan penyerahan diri secara menyeluruh kepada Kristus, yang dinyatakan dengan meninggalkan segala-galanya demi Kristus dan terus menerus berusaha mengarahkan diri kepada Kristus, terutama melalui hidup doa.

Ketiga kaul itu dapat dikatkan sebagai suatu sikap radikal untuk mencintai Bapa (keperawanan); pasrah kepada kehendak Bapa (ketaatan), serta bergantung dan berharap hanya kepada Bapa (kemiskinan). Dengan menghayati ketiga nasihat injili maka orang akan menjadi tanda:
(1)    yang memperingatkan kita supaya tidak terlalu “terpaku” pada kekayaan dan harta, kuasa dan kedudukan, perkawinan dan kehidupan berkeluarga, walaupun semuanya itu bernilai.
(2)    Yang mengarahkan kita kepada Kerajaan Allah, yang sudah mulai terungkapkan kepada kenyataan yang akan datang.

0 komentar:

Posting Komentar